Asal-usul tolak angin Sido muncul
“Orang Pintar, Minum Tolak Angin,” siapa yang tak kenal dengan tag line iklan tersebut. Saya yakin, persepsi kita sama. Ini adalah produk jamu yang dikemas secara modern bernama Tolak Angin.

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk (IDX: SIDO) adalah perusahaan jamu
tradisional dan farmasi dengan menggunakan mesin-mesin mutakhir. Berawal pada
tahun 1940 di Yogyakarta,
dan dikelola oleh Ny. Rahkmat Sulistio,

(gambar : Ny. Rahkmat Sulistio)
Sido Muncul yang semula berupa industri
rumahan ini secara perlahan berkembang menjadi perusahaan besar dan terkenal
seperti sekarang ini. Pada tahun 1951, Sido Muncul mulai berdiri.
Sejarah
Di tengah persaingan sektor Industri jamu
yang semakin ketat, Sido Muncul telah berhasil memiliki market share terluas
dan reputasi yang baik sebagai industri jamu terbesar di Indonesia.
Keberhasilan yang telah dicapai saat ini tentunya tidak terlepas dari peran dan
pelaku pendiri industri ini.
Perusahaan
yang kini sudah berhasil masuk Bursa Efek Indonesia sejak Desember 2013 itu
dilalui melalui perjalanan yang cukup panjang. Berawal dari keinginan pasangan
suami istri Siem Thiam Hie yang lahir pada tanggal 28
Januari 1897 dan wafat 12 April 1976 bersama istrinya Ibu Rakhmat Sulistio yang
terlahir pada tanggal 13 Agustus 1897 dengan nama Go Djing Nio dan wafat 14 Februari 1983,
memulai usaha pertamanya dengan membuka usaha Melkrey, yaitu usaha pemerahan
susu yang besar di Ambarawa.
Pada
tahun 1928, terjadi perang Malese yang melanda dunia. Akibat perang ini, usaha
Melkrey yang mereka rintis terpaksa gulung tikar dan mengharuskan mereka pindah
ke Solo, pada 1930. Tanpa menyerah, pasangan ini kemudian memulai usaha toko
roti dengan nama Roti Muncul. Lima tahun kemudian, berbekal kemahiran Ibu
Rakhmat Sulistio (Go Djing Nio) dalam mengolah jamu dan rempah-rempah, pasangan
ini memutuskan untuk membuka usaha jamu di Yogyakarta.

Tahun
1941, mereka memformulasikan Jamu Tolak Angin yang saat itu menggunakan nama
Jamu Tujuh Angin. Ketika perang kolonial Belanda yang kedua pada tahun 1949,
mereka mengungsi ke Semarang dan mendirikan usaha jamu dengan nama Sido Muncul,
yang artinya "impian yang terwujud". Di Jalan Mlaten Trenggulun No.
104 itulah, usaha jamu rumahan dimulai dengan di bantu oleh tiga orang
karyawan.
Pada
tahun 1951, keluarga Ny. Rahkmat Sulistioningsih (Go Djing Nio) pindah ke
Semarang, dan di sana mereka mendirikan pabrik jamu secara sederhana namun
produknya diterima masyarakat secara luas. Karena semakin bersarnya usaha
keluarga ini, maka modernisasi pabrik juga merupakan suatu hal yang mendesak.
Pada 1984, PT. Sido Muncul memulai modernisasi
pabriknya, dengan merelokasi pabrik sederhananya ke pabrik yang representatrif
dengan mesin-mesin modern.
Pada 11 November 2000, PT Sido Muncul
kembali meresmikan pabrik baru di Ungaran yang lebih luas dan modern.
Peresmian dilakukan oleh Menteri Kesehatan waktu itu, dan pada saat
itu pula PT Sido Muncul memperoleh 2 penghargaan sekaligus, yakni Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) setara dengan farmasi, dan sertifikat inilah yang menjadikan PT.
SidoMuncul sebagai salah satu pabrik jamu berstandar farmasi. Lokasi pabrik
sendiri terdiri dari bangunan pabrik seluas 7 hektare, lahan Agrowisata ,1,5
hektare, dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik.
Pada tanggal 10 Februari 2010 telah dilakukan
peletakan batu pertama pembangunan pabrik bahan baku herbal seluas 3.000 m2.
Lain-lain
Logo
Jamu Sido Muncul yang berupa ibu dan anaknya adalah gambar Ny. Rahkmat
Sulistio, pendiri Jamu Sido Muncul beserta cucunya, Irwan Hidayat.

(gambar:Irwan Hidayat)
saat
itu berusia 4 tahun. Irwan Hidayat sejak tahun 1972 sampai sekarang adalah Presiden Direktur PT Sido Muncul.
0 comments